Mengejar Revolusi Industri 4.0
![]() |
source: futuristgerd.com |
Aktivitas politik dengan segala macam style memenuhi segala lini masa kehidupan di Indonesia sejak tahun
2014, tepatnya sejak perhelatan Pemilu yang cukup membelah komponen bangsa.
Bila ditarik lebih jauh, hegemoni masyarakat pada era ini muncul ketika reformasi
digaungkan, setelah keran politik masyarakat dibuka melalui amandemen
konstitusi. Energi besar telah dikeluarkan oleh bangsa ini untuk memenuhi
hasrat ‘rutinitas demokrasi’ tersebut (pemilihan umum presiden-wakil presiden,
DPR, DPRD, dan DPD ditambah pemilihan umum kepala daerah), tapi sudahkah energi
kita telah disalurkan pada jalur yang benar?
Memulai tulisan ini saya ingin berkisah persaingan antara Thomas
Alfa Edison dan Nikola Tesla, persaingan keduanya sering disebut sebagai “War of Currents”. Perang atau lebih
tepatnya kompetisi intelektual di antara 2 orang ilmuwan ini terjadi dalam hal
sistem aliran listrik, yakni arus langsung (DC) dan arus bolak-balik (AC). Pada
mulanya Edison yang dengan gemilang mengenalkan lampu bohlam dengan menggunakan
sistem arus langsung (DC), dan mendirikan sebuah perusahaan penyuplai listrik
untuk warga.
Tidak lama kemudian, muncul Tesla yang bekerja di perusahaan
milik Edison tersebut. Tesla dengan cepat mampu mendeteksi kelemahan sistem
arus DC milik Edison dan memberikan ide desain berupa arus bolak-balik (AC)
untuk memperbaiki sistem yang sudah ada, tapi Edison menolaknya dan menganggap
ide itu hanya gurauan saja. Hal ini membuat Tesla kecewa, lalu ia keluar dari
perusahaan Edison dan bergabung dengan George Westinghouse hingga kemudian
berhasil membuktikan bahwa teknologi arus bolak-balik (AC) miliknya lebih
praktis, mudah dan tidak membutuhkan biaya mahal, hingga akhirnya seluruh dunia
menerima temuan Tesla tesebut.
![]() |
source: tesla-institute.com |
Perang propaganda dilakukan oleh Edison untuk menutupi fakta
yang sebenarnya, hingga akhirnya Edison mengaku kalah dengan ber-statement bahwa Ia menyesal tidak
mendengarkan ide Tesla sebelumnya dan perusahaan General Electric milik Edison mau
memproduksi alat listrik yang menggunakan AC. Singkatnya, berkat perang
intelektual mereka hari ini kita bisa hidup dengan lebih mudah di segala lini kehidupan.
Kisah antara Edison dan Tesla memberikan pesan bahwa untuk
menghasilkan hal besar (penemuan besar) membutuhkan energi yang besar. Dengan
kata lain, energi yang besar dapat menghasilkan hal besar apabila disalurkan
pada jalur dan konteks yang benar. Hal besar sering dinilai sebagai suatu
tindakan yang berpengaruh besar bagi umat manusia, yang kemudian bisa
meningkatkan bahkan memperbaiki peradaban manusia di muka Bumi ini.
Revolusi Industri
4.0: Akhir Kisah Manusia?
Revolusi Industri bisa disebut sebagai perubahan besar yang
terjadi pada kehidupan umat manusia, yang bersifat cepat dan apabila
menggunakan istilah kekinian yaitu sangat radikal. Sejarah mencatat telah
terjadi 3 fase Revolusi Industri, Pertama yaitu era-1784 ditandai dengan
penggunaan kekuatan uap dan tenaga air untuk melangsunkan produksi massal,
Kedua yaitu era 1870 dengan menggunakan daya listrik untuk melangsungkan
produksi masal (Edison-Tesla), Ketiga yaitu era 1969 dengan menggunakan
kekuatan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi proses produksi
atau sering disebut Revolusi Digital.
Lantas, apakah yang dimaksud Revolusi Industri Jilid 4 atau
sering disebut sebagi the fourth
industrial revolution? Mengapa manusia perlu mempersiapkan ‘akhir’ kisahnya
di Bumi ini?
Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman World Economic
Forum (WEF) menggambarkan bahwa Revolusi Industri keempat merupakan
transformasi lebih jauh dari Revolusi Digital yang memadukan dunia fisik,
digital, dan biologi menjadi satu kesatuan sistem. Revolusi ini akan
bersentuhan langsung dengan ‘fitrah’ manusia sebagai mahkluk, beberapa
teknologi dipersiapkan untuk memperpanjang masa hidup manusia, merancang bayi,
dan mengekstrasi ingatan manusia.
Pada kurun waktu sepuluh tahun ke depan, kehidupan kita akan
terbiasa dengan robot, kecerdasan buatan (artificial
inteligence), nanotechnology, kendaraan
tanpa awak (autonomous vehicles), 3-D
Printing, biotechnology, the internet of Things, energy storage, dan
quantum computing. Meminjam istilah
dari Gerd Leonhard seorang futurist dari Jerman, ke depan science fiction akan benar-benar kita saksikan menjadi science fact.
Revolusi keempat ini akan menjadi simalakama bagi umat
manusia, di satu sisi kehadirannya akan mempermudah aktivitas manusia di sisi
lain terdapat banyak hal negatif, yang terburuk adalah terkait ketimpangan.
Revolusi Industri keempat ini akan memberikan kenyamanan yang berlebih pada
beberapa pihak yaitu, pemegang saham dan para investor. Berbanding terbalik,
ketika otomatisasi mesin (artificial inteligence
dan robot) menggantikan peran manusia di seluruh lini, maka pengurangan
tenaga kerja manusia akan meningkatkan ketimpangan sosial di sektor
perekonomian.
Lebih berbahaya lagi yaitu di sektor pertahanan dan keamanan dunia, revolusi industri keempat berpotensi melahirkan pada konflik besar. Apalagi dalam modern conflicts, kehadiran non-state actor akan semakin sulit diprediksi, sehingga akan semakin membuat blur antara war and peace, combatant and noncombatant.
Akhirnya, kita sebagai manusia patut bersiap dengan perkembangan dunia yang sangat cepat. Lebih penting lagi, sebagai salah satu rakyat Indonesia sudah sewajarnya bahwa kita harus sadar, Indonesia tidak boleh hanya menjadi ‘penonton’ dan ladang pasar bagi para penguasa teknologi, kita tidak boleh hanya menanggung risiko tapi juga harus menikmati dampak ekonomi dari revolusi industri keempat ini.
Tulisan ini juga dibaca di
http://istigfaroanjaz.web.ugm.ac.id/2017/06/12/revolusiindustrikeempat/
Referensi:
- Raymond R. Tjandrawinata, “Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan Pengaruhnya pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi, Jurnal Medicinus, Vol. 29, No. 1, April 2016, hlm. 31-39.
- https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-revolution-what-it-means-and-how-to-respond/
- https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/04/05/why-everyone-must-get-ready-for-4th-industrial-revolution/#28b4ebbd3f90
Komentar
Posting Komentar